Katarak adalah kondisi di mana lensa mata yang seharusnya jernih menjadi keruh, seperti kaca yang berembun. Hal ini menyebabkan penglihatan menjadi buram, berkabut, dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani. Katarak umumnya terkait dengan proses penuaan, tetapi bisa juga disebabkan oleh faktor lain seperti diabetes, trauma pada mata, atau paparan sinar UV yang berlebihan.
Hal pentingnya adalah: Katarak tidak dapat disembuhkan dengan obat tetes mata, pil, atau ramuan herbal. Satu-satunya pengobatan yang efektif dan definitif untuk katarak adalah tindakan operasi.
Tujuan Pengobatan
Tujuan utama pengobatan katarak adalah untuk:
Mengembalikan ketajaman penglihatan.
Memperbaiki kualitas hidup penderita (membaca, menyetir, mengenali wajah, dll).
Mencegah kebutaan.
Kapan Operasi Diperlukan?
Operasi katarak tidak selalu harus dilakukan segera setelah terdiagnosis. Keputusan untuk operasi biasanya didasarkan pada:
Gangguan dalam Aktivitas Sehari-hari: Ketika penglihatan yang buram sudah mengganggu pekerjaan, hobi, atau kegiatan rutin seperti menyetir di malam hari.
Penglihatan di Bawah Ambang Batas: Ketika ketajaman penglihatan sudah menurun signifikan (biasanya berdasarkan penilaian dokter).
Mengganggu Pemeriksaan Mata Lainnya: Katarak yang terlalu tebal dapat menghalangi pemeriksaan dan pengobatan penyakit mata lainnya, seperti diabetic retinopathy atau degenerasi makula.
Katarak yang Membengkak (Intumescent): Dapat menyebabkan komplikasi seperti glaukoma.
Dokter akan merekomendasikan waktu terbaik untuk operasi berdasarkan kondisi individu pasien.
Prosedur Operasi Katarak
Operasi katarak modern adalah prosedur yang sangat aman dan efektif, biasanya dilakukan dengan bius lokal (hanya mata yang dimati-rasakan) dan pasien tidak perlu menginap di rumah sakit (rawat jalan).
Teknik yang Paling Umum: Fakoemulsifikasi
Ini adalah teknik standar yang digunakan sebagian besar dokter. Prosedurnya adalah sebagai berikut:
Anestesi (Bius): Doket memberikan tetes mata bius untuk mematikan rasa pada mata. Pasien tetap sadar selama operasi.
Sayatan Kecil (Insisi): Dokter membuat sayatan sangat kecil (sekitar 2-3 mm) di kornea.
Membuat Lubang di Kapsul Lensa (Capsulorhexis): Dokter membuat lubang melingkar di bagian depan kapsul lensa (kantong yang membungkus lensa).
Memecah Lensa dengan Ultrasonik (Phaco): Sebuah alat bernama fakoemulsifikasi dimasukkan. Alat ini memancarkan gelombang ultrasonik untuk memecah lensa yang keruh menjadi bagian-bagian kecil seperti serpihan.
Menyedot Serpihan Lensa: Serpihan lensa yang telah dihancurkan kemudian disedot keluar melalui alat yang sama.
Memasang Lensa Tanam Intraokuler (LIO): Setelah lensa alami yang keruh dikeluarkan, lensa buatan yang jernih dan dilipat dimasukkan melalui sayatan kecil tadi. Lensa ini akan terbuka secara otomatis di dalam kapsul lensa dan menetap secara permanen.
Penutupan: Sayatan biasanya sangat kecil sehingga dapat menutup dengan sendiri tanpa perlu jahitan.
Keunggulan Teknik Fako:
Sayatan sangat kecil.
Pemulihan cepat.
Risiko infeksi dan astigmatisme pasca-operasi rendah.
Teknik Lain: ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction)
Teknik ini jarang digunakan untuk kasus rutin, tetapi masih diperlukan untuk katarak yang sangat keras dan padat.
Prosedur: Dokter membuat sayatan yang lebih lebar (sekitar 8-10 mm) untuk mengeluarkan lensa yang keruh dalam satu bagian utuh.
Kekurangan: Pemulihan lebih lama dan biasanya memerlukan jahitan.
Jenis-jenis Lensa Tanam Intraokuler (LIO)
Pemilihan LIO sangat penting karena akan menentukan kualitas penglihatan pasca-operasi. Konsultasikan dengan dokter untuk memilih yang terbaik sesuai kebutuhan dan budget.
Lensa Monofokal (Satu Fokus):
Kelebihan: Memberikan ketajaman penglihatan yang sangat baik untuk satu jarak (biasanya jarak jauh).
Kekurangan: Pasien biasanya masih membutuhkan kacamata untuk membaca atau melihat dekat.
Ini adalah jenis LIO yang paling umum dan sering ditanggung oleh asuransi.
Lensa Multifokal (Banyak Fokus):
Kelebihan: Dirancang untuk melihat berbagai jarak (jauh, menengah, dekat), sehingga mengurangi ketergantungan pada kacamata.
Kekurangan: Dapat menyebabkan lebih banyak silau (halo/glare) di malam hari dan biayanya lebih mahal.
Lensa Torik:
Kelebihan: Khusus untuk mengoreksi astigmatisme (mata silinder) selain katarak.
Kekurangan: Biaya lebih mahal dari lensa monofokal.
Pemulihan Pasca-Operasi
Pemulihan biasanya berlangsung cepat, tetapi perlu ketaatan pada instruksi dokter:
Obat-Obatan: Anda akan diberikan beberapa jenis obat tetes mata (antibiotik, anti-inflamasi) untuk mencegah infeksi dan peradangan. Penting untuk menggunakannya sesuai jadwal.
Pelindung Mata: Anda mungkin perlu menggunakan pelindung mata saat tidur untuk beberapa minggu untuk menghindari menggosok mata.
Aktivitas: Hindari aktivitas berat, mengangkat beban berat, membungkuk, atau berenang selama beberapa minggu.
Kunjungan Ulang: Anda harus kontrol secara teratur ke dokter untuk memantau proses penyembuhan.
Risiko dan Komplikasi
Operasi katarak sangat aman, tetapi seperti semua prosedur bedah, tetap ada risiko, meskipun jarang. Komplikasi dapat berupa:
Infeksi
Peradangan
Pembengkakan kornea atau retina
Ablasio retina (lepasnya retina)
Katarak Sekunder (Posterior Capsule Opacification): Terbentuknya kembali kekeruhan di kapsul belakang lensa, yang dapat diatasi dengan prosedur laser YAG yang cepat dan tanpa rasa sakit.
Kesimpulan
Satu-satunya obat untuk katarak adalah operasi.
Operasi katarak modern (Fakoemulsifikasi) adalah prosedur yang aman, cepat, dan efektif dengan pemulihan yang singkat.
Pemilihan Lensa Tanam Intraokuler (LIO) yang tepat sangat mempengaruhi hasil penglihatan pasca-operasi.
Kunci keberhasilan terletak pada diagnosis dini, pemilihan dokter dan fasilitas yang tepat, serta menjalani proses pemulihan dengan disiplin.
Katarak adalah kondisi di mana lensa mata yang seharusnya jernih menjadi keruh, seperti kaca yang berkabut. Keruhnya lensa mata ini menghalangi cahaya untuk masuk ke retina, sehingga menyebabkan penglihatan menjadi buram, berkabut, atau seperti melihat melalui jendela berdebu.
Penyebab utama katarak adalah perubahan struktur protein di dalam lensa mata seiring waktu, yang menyebabkan gumpalan dan area keruh. Proses ini pada dasarnya merupakan bagian dari penuaan.
Berikut adalah penjelasan mengenai berbagai penyebab dan faktor risikonya:
1. Penuaan (Katarak Senilis)
Ini adalah penyebab paling umum. Seiring bertambahnya usia, lensa mata kita menjadi kurang fleksibel, kurang transparan, dan lebih tebal.
Protein dan serat di dalam lensa mulai rusak dan menggumpal, mengaburkan area kecil di lensa. Seiring waktu, gumpalan ini dapat membesar dan mengaburkan lebih banyak area lensa, sehingga penglihatan semakin terganggu.
Hampir semua orang yang berusia lanjut akan mengalami katarak sampai taraf tertentu, meskipun gejalanya mungkin tidak langsung terasa.
2. Penyakit dan Kondisi Medis Tertentu
Beberapa masalah kesehatan dapat meningkatkan risiko katarak, antara lain: Diabetes, Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi), Obesitas, Radang pada mata (seperti Uveitis), Penyakit metabolik lain, seperti galaktosemia (jarang).
3. Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup
Paparan Sinar Ultraviolet (UV) Berlebihan: Paparan sinar matahari dalam jangka panjang tanpa pelindung (seperti kacamata hitam) dapat merusak protein lensa.
Merokok: Zat kimia dalam rokok menghasilkan radikal bebas yang merusak sel-sel lensa mata dan mengurangi kemampuan tubuh untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
Konsumsi Alkohol Berlebihan.
Kekurangan Gizi: Asupan antioksidan (seperti Vitamin C, Vitamin E) yang rendah diduga dapat mempercepat pembentukan katarak.
4. Trauma atau Cedera pada Mata (Katarak Traumatik)
Cedera pada mata dapat merusak lensa dan menyebabkan katarak, baik segera setelah kejadian maupun bertahun-tahun kemudian. Contoh: Pukulan langsung, tusukan benda tajam, terkena bahan kimia, atau sengatan listrik.
5. Penggunaan Obat-Obatan Tertentu dalam Jangka Panjang
Penggunaan beberapa jenis obat, terutama kortikosteroid (baik dalam bentuk tablet, inhaler, atau tetes mata) dalam dosis tinggi dan jangka panjang, telah terbukti meningkatkan risiko katarak. Contoh lain: Obat statin, diuretik tiazid, dan psoralen (untuk terapi psoriasis).
6. Paparan Radiasi
Radiasi Sinar-X atau radioterapi di daerah kepala dan leher untuk pengobatan kanker dapat merusak lensa mata. Paparan radiasi dalam pekerjaan tertentu juga dapat menjadi faktor risiko.
7. Katarak Kongenital (Bawaan Lahir)
Beberapa bayi terlahir dengan katarak atau mengembangkannya pada masa kanak-kanak.
Penyebabnya bisa karena:
Infeksi selama kehamilan, seperti rubella, toksoplasmosis, atau cytomegalovirus (CMV).
Kondisi genetik atau sindrom tertentu, seperti Down syndrome.
Trauma selama proses kelahiran.
Faktor keturunan (riwayat katarak dalam keluarga).
8. Penyebab Lainnya
Riwayat Operasi Mata: Pernah menjalani operasi mata (seperti operasi glaukoma atau vitrektomi) dapat meningkatkan risiko katarak di kemudian hari.
Miopia (Rabun Jauh) Tinggi.
Kesimpulan:
Katarak terutama disebabkan oleh proses penuaan alami yang tidak dapat dicegah sepenuhnya. Namun, dengan memahami faktor-faktor risikonya, kita dapat mengambil langkah untuk memperlambat kemunculannya, seperti:
Menggunakan kacamata hitam yang melindungi dari sinar UV.
Berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol.
Mengonsumsi makanan kaya antioksidan (sayur dan buah).
Mengontrol penyakit seperti diabetes dan hipertensi.
Melakukan pemeriksaan mata secara rutin, terutama jika berusia di atas 40 tahun.
Jika katarak sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, satu-satunya pengobatan yang efektif adalah dengan operasi katarak untuk mengganti lensa yang keruh dengan lensa buatan yang jernih.
Tidak ada pantangan makanan yang mutlak dan spesifik untuk penderita glaukoma seperti halnya pantangan untuk penyakit tertentu lainnya.
Tetapi ada anjuran untuk mengkonsumsi beberapa jenis makanan serta minuman yang dapat mempengaruhi tekanan intraokular (TIO) dan kesehatan saraf optik.
Yang Perlu Dibatasi atau Dihindari
Kafein (Kopi, Teh, Cokelat, Energi Drink) dalam Jumlah Banyak. Mengonsumsi kafein dalam jumlah besar (misalnya, lebih dari 2-3 cangkir kopi dalam waktu singkat) dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular (TIO) yang singkat pada sebagian orang. Sebenarnya Anda tidak harus menghindari kafein sepenuhnya, tetapi perhatikan konsumsi harian Anda. Jika Anda biasa minum kopi, cobalah minum secara perlahan dan tidak berlebihan.
Alkohol. Alkohol dalam jumlah besar dapat berdampak buruk bagi kesehatan secara umum dan kesehatan mata.
Cairan dalam Volume Besar Sekaligus. Minum air atau cairan lain dalam jumlah sangat banyak (contoh: 1 liter atau lebih) dalam waktu sangat singkat (misalnya, 5-10 menit) dapat menyebabkan peningkatan TIO yang temporer. Penuhi kebutuhan cairan tubuh Anda, tetapi minumlah secara merata sepanjang hari. Misalnya, segelas air setiap jam lebih baik daripada menghabiskan 4 gelas sekaligus.
Makanan yang Dapat Mempengaruhi Aliran Darah. Makanan tinggi lemak jenuh dan trans (seperti gorengan, fast food, daging olahan) dapat menyumbat pembuluh darah. Glaukoma, terutama jenis Tegangan Normal, terkait dengan gangguan aliran darah ke saraf optik. Makanan yang menyumbat pembuluh darah dapat memperburuk hal ini. Batasi konsumsi makanan jenis ini untuk menjaga kesehatan pembuluh darah secara keseluruhan.
Yang Dianjurkan untuk Dikonsumsi
Makanan Kaya Antioksidan. Bisa melawan stres oksidatif yang merusak sel-sel saraf optik. Sayuran Hijau Tua: Bayam, kangkung, selada romaine (kaya akan Lutein dan Zeaxanthin). Buah Beri: Blueberry, stroberi, blackberry (kaya flavonoid). Cokelat Hitam (Dark Chocolate): Pilih yang kandungan kokoa nya tinggi (>70%), konsumsi dalam jumlah sedang.
Makanan Sumber Asam Lemak Omega-3. Berperan dalam kesehatan saraf dan dapat membantu mengurangi peradangan. Sumber: Ikan salmon, makarel, sarden, tuna, biji rami, dan kenari.
Makanan Kaya Nitrat. Nitrat dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan melebarkan pembuluh darah, yang dapat bermanfaat untuk aliran darah ke saraf optik. Sumber: Sayuran hijau (terutama selada, bit, dan wortel).
Makanan Kaya Zinc. Zinc penting untuk fungsi enzim yang terlibat dalam kesehatan mata. Sumber: Kacang-kacangan, biji-bijian, daging tanpa lemak, dan telur.
Makanan Sumber Vitamin A, C dan E. Ketiganya adalah antioksidan kuat yang mendukung kesehatan mata. Vitamin A: Wortel, ubi jalar, labu. Vitamin C: Jeruk, jambu biji, paprika, brokoli. Vitamin E: Kacang almond, biji bunga matahari, alpukat.
Kesimpulan
Fokuslah pada pola makan seimbang dan sehat, bukan pada menghindari satu atau dua jenis makanan. Apa yang baik untuk jantung dan pembuluh darah Anda, biasanya baik juga untuk mata Anda. Selalu ikuti pengobatan dari dokter dan lakukan kontrol rutin. Pola makan sehat adalah pelengkap, bukan pengganti terapi medis seperti obat tetes mata, laser, atau operasi.
Sebelum membahas penyebabnya, penting untuk memahami apa itu katarak. Katarak adalah kondisi di mana lensa mata yang normalnya jernih dan transparan menjadi keruh, seperti kaca yang berembun. Lensa mata berfungsi memfokuskan cahaya yang masuk ke retina agar kita dapat melihat dengan jelas. Ketika lensa ini mengeruh, cahaya tidak dapat melewatinya dengan baik, sehingga penglihatan menjadi buram, berkabut, atau seperti melihat melalui jendela yang kotor.
Penyebab Utama Katarak: Penuaan (Katarak Senilis)
Penyebab katarak yang paling umum adalah proses penuaan. Seiring bertambahnya usia, protein yang membentuk lensa mata mulai menggumpal dan menyebabkan area kecil yang keruh.
Proses Alami: Seiring waktu, komposisi air dan protein dalam lensa mata berubah. Protein-protein ini dapat menggumpal dan mengeruh, menghalangi cahaya untuk mencapai retina. Awalnya katarak mungkin kecil dan tidak mengganggu penglihatan, tetapi seiring waktu gumpalan dapat membesar dan mengeruh, sehingga penglihatan semakin terganggu.
Usia yang Rentan: Kebanyakan katarak mulai berkembang pada usia 40-50 tahun, tetapi gejala penglihatan biasanya baru terasa setelah usia 60 tahun.
Kategori dan Jenis Katarak Berdasarkan Penyebabnya
Katarak dikategorikan berdasarkan lokasi dan sifatnya, yang sering kali terkait dengan penyebab spesifik.
1. Katarak Nuklear
Terbentuk di tengah (nukleus) lensa. Ini adalah jenis yang paling umum terkait penuaan. Penyebabnya adalah proses penuaan alami. Awalnya dapat menyebabkan rabun dekat sementara sebelum penglihatan memburuk.
2. Katarak Kortikal
Terbentuk di tepi (korteks) lensa dan berbentuk seperti jeruji roda. Penyebabnya sering dikaitkan dengan diabetes. Gumpalan putih dimulai dari pinggir lensa dan secara perlahan merambat ke tengah, mengganggu jalannya cahaya.
3. Katarak Subkapsular Posterior
Terbentuk di bagian belakang lensa, tepatnya di jalur lalu lintas cahaya. Jenis ini sering menimbulkan gejala lebih cepat. Penyebabnya lebih umum pada penderita diabetes, orang yang mengonsumsi obat kortikosteroid dalam dosis tinggi dan jangka panjang, orang dengan rabun jauh (miopia) berat.
Faktor Risiko Lainnya yang Dapat Menyebabkan Katarak
Selain penuaan, banyak faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena katarak:
1. Penyakit dan kondisi medis lainnya, seperti: diabetes, kadar gula darah tinggi dapat merusak lensa mata. Hipertensi (tekanan darah tinggi), obesitas, dan penyakit mata lainnya, seperti radang mata (uveitis) sebelumnya, pernah operasi mata sebelumnya.
2. Faktor lingkungan dan gaya hidup. Paparan Sinar UV berlebihan. Sinar ultraviolet dari matahari tanpa perlindungan yang memadai merupakan faktor risiko signifikan. Merokok, zat racun dalam asap rokok dapat merusak sel-sel lensa mata. Konsumsi alkohol berlebihan, kekurangan gizi, terutama kekurangan antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, dan lutein.
3. Trauma atau cedera pada mata (Katarak Traumatik). Pukulan, tusukan, atau benturan keras pada mata dapat merusak lensa dan memicu katarak, yang bisa muncul segera atau beberapa tahun kemudian. Bisa juga kareba terkena sengatan listrik atau panas yang ekstrem.
4. Paparan Radiasi. Radiasi Sinar-X atau radioterapi di daerah kepala dan leher untuk pengobatan kanker. Paparan jangka panjang terhadap sinar matahari tanpa pelindung.
5. Penyebab bawaan (Katarak Kongenital). Beberapa bayi lahir dengan katarak dan berkembang di masa kanak-kanak. Penyebabnya bisa karena infeksi selama kehamilan (seperti rubella, toxoplasmosis, cytomegalovirus), faktor genetik atau keturunan, sindrom tertentu seperti Down syndrome, dan trauma saat persalinan.
6. Penggunaan obat-obatan tertentu. Penggunaan kortikosteroid dalam jangka panjang (baik dalam bentuk tablet, inhaler, atau tetes mata) sangat terkait dengan katarak, obat statin untuk kolesterol, obat psikiatri tertentu seperti fenotiazin.
Ringkasan Penyebab Katarak
Kategori Penyebab
Contoh
Penuaan (Paling Umum)
Perubahan protein lensa seiring usia.
Penyakit Sistemik
Diabetes, hipertensi, obesitas.
Gaya Hidup
Merokok, alkohol berlebihan, paparan UV tanpa pelindung.
Katarak terutama adalah kondisi yang terkait dengan proses penuaan alami yang tidak dapat sepenuhnya dicegah. Namun, memahami faktor-faktor risikonya memungkinkan kita untuk mengambil langkah-langkah untuk memperlambat perkembangannya, seperti:
Melindungi mata dari sinar UV dengan kacamata hitam.
Tidak merokok dan membatasi konsumsi alkohol.
Mengonsumsi makanan sehat kaya antioksidan.
Mengontrol penyakit seperti diabetes dan hipertensi.
Melakukan pemeriksaan mata secara rutin, terutama jika Anda berusia di atas 40 tahun.
Jika Anda mengalami gejala seperti penglihatan buram, silau, atau warna yang memudar, segera konsultasikan ke dokter spesialis mata untuk diagnosis dan penanganan yang tepat.
Glaukoma adalah sekelompok penyakit mata yang merusak saraf optik (yang menghubungkan mata ke otak), seringkali disebabkan oleh tekanan cairan yang tinggi di dalam mata. Kerusakan ini biasanya permanen dan dapat menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani.
Berikut adalah penjelasan mengenai orang-orang yang memiliki risiko tinggi terkena glaukoma:
1. Usia yang Lebih Tua
Risiko glaukoma meningkat signifikan seiring bertambahnya usia. Orang berusia di atas 60 tahun memiliki risiko yang jauh lebih tinggi. Risiko ini terus meningkat setiap dekade setelahnya. Glaukoma sudut terbuka (tipe paling umum) sangat terkait dengan penuaan.
2. Faktor Genetik
Memiliki keluarga orang tua, saudara kandung yang menderita glaukoma meningkatkan risiko Anda hingga 4-9 kali lipat. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan genetik terhadap penyakit ini. Jika ada riwayat dalam keluarga, pemeriksaan mata rutin menjadi hal yang penting.
3. Tekanan Intraokular Yang Tinggi
Ini adalah faktor risiko terpenting dan paling umum yang dapat diobati. Meskipun tidak semua orang dengan TIO tinggi akan berkembang menjadi glaukoma (disebut ocular hypertension), dan beberapa orang dengan TIO normal tetap bisa terkena glaukoma (normal-tension glaucoma), tekanan mata yang tinggi tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan.
4. Etnis atau Ras Tertentu
Beberapa kelompok etnis memiliki resiko lebih tinggi terhadap jenis glaukoma tertentu. Orang Asia lebih berisiko terhadap glaukoma sudut tertutup (angle-closure glaucoma).
5. Kondisi Medis Tertentu
Penderita diabetes memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk terkena glaukoma.
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) dan Penyakit Jantung: Kondisi ini dapat mempengaruhi aliran darah ke saraf optik.
Miopia tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko glaukoma sudut terbuka.
Hipermetropia tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko glaukoma sudut tertutup karena struktur anatomi matanya.
Penyakit Autoimun: Seperti lupus, rheumatoid arthritis, dan scleroderma.
6. Riwayat Cedera atau Operasi Mata
Cedera Mata Traumatis: Pukulan keras pada mata dapat merusak sistem drainase mata, menyebabkan tekanan meningkat bertahun-tahun kemudian (disebut traumatic glaucoma).
Operasi Mata Tertentu: Operasi mata yang kompleks terkadang dapat meningkatkan risiko glaukoma di kemudian hari.
7. Penggunaan Obat-Obatan Tertentu dalam Jangka Panjang
Kortikosteroid (Steroid): Penggunaan jangka panjang obat steroid, terutama tetes mata steroid, sangat berisiko meningkatkan tekanan mata. Penggunaan steroid oral, inhaler, atau krim kulit juga dapat mempengaruhi, meski risikonya lebih kecil.
8. Anatomi Mata yang Khusus
Kornea yang Tipis: Ketebalan kornea sentral (bagian depan mata yang jernih) mempengaruhi keakuratan pengukuran tekanan mata. Kornea yang tipis adalah faktor risiko independen untuk perkembangan glaukoma.
Sudut Drainase yang Sempit: Mata dengan sudut drainase yang secara alami sempit lebih rentan terhadap serangan glaukoma sudut tertutup akut, yang merupakan keadaan darurat medis.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Berisiko Tinggi?
Pemeriksaan Mata Rutin dan Komprehensif: Ini adalah langkah paling penting. Jangan berharap banyak dari pemeriksaan penglihatan biasa untuk kacamata.
Lakukan pemeriksaan setiap 1-2 tahun sekali.
Jika berisiko tinggi, mungkin diperlukan pemeriksaan lebih sering, misalnya setiap 6 bulan atau 1 tahun.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi:
Pengukuran tekanan mata (tonometri).
Pemeriksaan saraf optik (oftalmoskopi).
Tes lapang pandang (perimetri) untuk memeriksa adanya kehilangan penglihatan samping.
Pengukuran ketebalan kornea (pachymetry).
Pemeriksaan sudut drainase (gonioskopi).
Kesimpulan
Glaukoma sering disebut “pencuri penglihatan” karena gejalanya tidak terasa sampai kerusakan permanen dan signifikan telah terjadi. Deteksi dini melalui pemeriksaan mata rutin adalah satu-satunya cara untuk menemukan glaukoma sebelum kerusakan serius terjadi. Pengobatan (dengan tetes mata, laser, atau operasi) dapat memperlambat atau menghentikan progres penyakit, tetapi tidak dapat mengembalikan penglihatan yang sudah hilang.
Glukoma tidak bisa disembuhkan secara total, tetapi bisa dikendalikan dengan sangat baik untuk mencegah kebutaan.
Mengapa Glaukoma Tidak Bisa Disembuhkan?
Glaukoma sering disebut sebagai “pencuri penglihatan diam-diam” karena merusak saraf optik secara perlahan dan permanen. Saraf optik seperti kabel yang membawa gambar dari mata ke otak. Kerusakan yang telah terjadi pada serabut saraf ini tidak dapat dipulihkan. Inilah alasan utama mengapa glaukoma dianggap tidak dapat disembuhkan.
Tujuan Pengobatan Adalah Mengendalikan, Bukan Menyembuhkan
Karena kerusakan tidak bisa diperbaiki, tujuan utama dari semua perawatan glaukoma adalah menurunkan dan mengendalikan tekanan intraokular (TIO) ke level yang aman untuk mata Anda. Ini adalah faktor risiko utama yang bisa dikendalikan.
Ke dua menghentikan atau memperlambat laju kerusakan saraf optik.
Ke tiga mencegah kerusakan lebih lanjut dan mempertahankan fungsi penglihatan yang masih ada.
Terakhir, encegah kebutaan.
Dengan pengendalian yang baik, sebagian besar penderita glaukoma dapat mempertahankan penglihatannya seumur hidup dan menjalani hidup yang normal.
Pilihan Penanganan untuk Mengendalikan Glaukoma
Ada beberapa cara untuk mengendalikan tekanan bola mata:
Obat Tetes Mata: Ini adalah lini pertama pengobatan. Fungsinya untuk mengurangi produksi cairan mata atau meningkatkan aliran keluarnya. Penggunaan obat tetes harus rutin dan teratur sesuai anjuran dokter, seumur hidup.
Terapi Laser Trabekuloplasti: Untuk glaukoma sudut terbuka. Laser digunakan untuk membuka saluran drainase yang tersumbat.
Terapi Laser Iridotomi: Untuk glaukoma sudut tertutup. Laser membuat lubang kecil di iris untuk melancarkan aliran cairan.
Pembedahan (Operasi) Trabekulektomi: Dokter bedah membuat saluran drainase baru untuk mengalirkan cairan mata.
Pembedahan (Operasi) Pemasangan Implant (Tube Shunt): Alat kecil dipasang untuk membantu mengalirkan cairan.
Terapi laser dan operasi bertujuan untuk menciptakan jalur baru agar cairan mata bisa mengalir, sehingga tekanan mata turun.
Hal Penting yang Perlu Diingat adalah: diagnosis Dini adalah Kunci. Semakin dini glaukoma terdeteksi, semakin sedikit kerusakan yang terjadi, dan semakin besar peluang untuk mempertahankan penglihatan.
Pengobatan Bersifat Seumur Hidup. Glaukoma adalah kondisi kronis, seperti hipertensi atau diabetes. Pengobatan harus terus dilakukan meskipun tidak ada gejala.
Pemeriksaan Rutin Wajib Dilakukan. Dokter akan memantau tekanan mata, kondisi saraf optik, dan lapang pandang Anda secara berkala untuk mengevaluasi efektivitas pengobatan.
Kerusakan yang sudah terjadi tidak bisa dikembalikan. Penglihatan yang sudah hilang akibat glaukoma tidak dapat dipulihkan.
Kesimpulan
Glaukoma tidak bisa disembuhkan dalam artian kerusakan saraf optiknya tidak bisa dipulihkan. Namun, glaukoma sangat bisa dikendalikan dan dikelola. Dengan diagnosis dini, pengobatan yang tepat, disiplin dalam perawatan, dan pemeriksaan rutin, penderita glaukoma memiliki peluang sangat besar untuk mencegah kebutaan dan mempertahankan kualitas hidupnya.
Glaukoma tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung, udara, darah, atau cara penularan penyakit menular lainnya.
Penjelasan Singkat:
Glaukoma adalah penyakit kerusakan saraf optik mata, yang biasanya disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata (tekanan intraokular). Saraf optik ini berfungsi seperti kabel listrik yang mengirim gambar dari mata ke otak. Kerusakan pada saraf ini bersifat permanen dan dapat menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani.
Mengapa Glaukoma Tidak Menular?
Glaukoma digolongkan sebagai penyakit degeneratif atau kondisi medis kronis, bukan penyakit infeksi. Penyebabnya antara lain:
Faktor Genetik/Keturunan: Memiliki keluarga dekat (seperti orang tua atau saudara kandung) dengan glaukoma meningkatkan risiko Anda.
Usia: Risiko glaukoma meningkat seiring bertambahnya usia, terutama di atas 60 tahun.
Kondisi Medis Tertentu: Seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan miopia (rabun jauh) yang parah.
Cedera pada Mata: Trauma atau operasi mata sebelumnya dapat memicu glaukoma.
Penggunaan Obat-Obatan Tertentu: Misalnya, penggunaan steroid jangka panjang.
Perbedaan dengan Penyakit Mata Menular
Sebagai perbandingan, penyakit mata yang menular adalah yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur, seperti:
Konjungtivitis (mata merah) yang infeksius
Trachoma
Penyakit-penyakit ini bisa menyebar melalui kontak dengan cairan mata atau benda yang terkontaminasi.
Kesimpulan
Jadi, Anda tidak perlu khawatir tertular glaukoma dari penderitanya. Namun, karena faktor keturunan berperan penting, jika Anda memiliki riwayat glaukoma dalam keluarga, sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin ke dokter spesialis mata untuk deteksi dini.
Ya, glaukoma memang memiliki komponen keturunan yang kuat. Memiliki riwayat keluarga dengan glukoma merupakan salah satu faktor risiko terbesar untuk mengembangkan penyakit ini.
Glaukoma sering disebut “pencuri penglihatan” karena gejalanya biasanya tidak terasa sampai kerusakan permanen telah terjadi. Deteksi dini melalui pemeriksaan mata rutin adalah satu-satunya cara untuk melindungi penglihatan Anda dari kerusakan glaukoma yang tidak dapat disembuhkan.
1. Peran Keturunan dalam Glaukoma
Risiko yang Meningkat: Jika Anda memiliki kerabat tingkat pertama (orang tua, saudara kandung) yang menderita glaukoma, risiko Anda untuk mengembangkan penyakit ini meningkat 4 hingga 9 kali lipat dibandingkan orang tanpa riwayat keluarga.
Pola Penurunan: Kecenderungan untuk terkena glaukoma dapat diturunkan dalam keluarga. Ini sering kali terkait dengan ciri-ciri anatomi mata yang diwariskan, seperti bentuk sudut drainase mata yang sempit atau saraf optik yang lebih rentan terhadap kerusakan, bahkan pada tekanan mata yang normal.
Gen Tertentu: Penelitian telah mengidentifikasi beberapa gen yang terkait dengan berbagai jenis glaukoma, khususnya glaukoma sudut terbuka primer (POAG) yang merupakan jenis paling umum, dan glaukoma kongenital (bawaan lahir).
2. Jenis Glaukoma yang Paling Terkait dengan Keturunan
Glaukoma Sudut Terbuka Primer (Primary Open-Angle Glaucoma): Jenis ini paling sering dikaitkan dengan riwayat keluarga.
Glaukoma Kongenital: Jenis ini terjadi pada bayi dan anak-anak dan sangat sering disebabkan oleh faktor genetik.
Glaukoma Sudut Tertutup: Anatomi mata yang membuat seseorang rentan terhadap glaukoma sudut tertutup (seperti mata yang hiperopi atau lebih kecil) juga dapat diturunkan dalam keluarga.
3. Faktor Risiko Lainnya yang Penting
Penting untuk diingat bahwa keturunan bukanlah satu-satunya faktor. Glaukoma adalah penyakit kompleks yang dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik dan faktor risiko lainnya, seperti:
Usia (risiko meningkat di atas 60 tahun)
Tekanan Intraokular (TIO) yang tinggi
Riwayat medis tertentu (seperti diabetes, hipertensi, migrain)
Kondisi mata lainnya (miopia atau hiperopia tinggi, cedera mata sebelumnya)
Etnis tertentu (misalnya, keturunan Afrika memiliki risiko lebih tinggi untuk POAG yang lebih agresif, dan keturunan Asia lebih berisiko untuk glaukoma sudut tertutup)
Penggunaan steroid jangka panjang
Kesimpulan dan Rekomendasi Penting
Karena glaukoma adalah penyakit keturunan, mengetahui riwayat keluarga sangat krusial.
Jika Anda memiliki orang tua atau saudara kandung yang didiagnosis glaukoma, Anda harus:
Memberi tahu dokter mata Anda tentang riwayat keluarga tersebut.
Melakukan pemeriksaan mata yang komprehensif secara rutin. Pemeriksaan harus termasuk pengukuran tekanan mata, pemeriksaan saraf optik, dan tes lapang pandang.
Memulai pemeriksaan rutin lebih awal dan lebih sering. Dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan setiap 1-2 tahun sekali, atau bahkan lebih sering, tergantung pada tingkat risiko Anda.
Glaukoma adalah sekelompok penyakit mata yang merusak saraf optik (yang menghubungkan mata ke otak), seringkali disebabkan oleh tekanan cairan yang tinggi di dalam mata. Kerusakan ini biasanya permanen dan dapat menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani.
Berikut adalah penjelasan detail mengenai orang-orang yang memiliki risiko tinggi terkena glaukoma:
Detail: Orang berusia di atas 60 tahun memiliki risiko yang jauh lebih tinggi. Risiko ini terus meningkat setiap dekade setelahnya. Glaukoma sudut terbuka (tipe paling umum) sangat terkait dengan penuaan.
2. Riwayat Keluarga (Faktor Genetik)
Risiko: Memiliki keluarga inti (orang tua, saudara kandung) yang menderita glaukoma meningkatkan risiko Anda hingga 4-9 kali lipat.
Detail: Ini menunjukkan adanya kecenderungan genetik untuk mengembangkan penyakit ini. Jika ada riwayat dalam keluarga, pemeriksaan mata rutin menjadi sangat krusial.
3. Tekanan Intraokular (TIO) yang Tinggi
Risiko: Ini adalah faktor risiko terpenting dan paling umum yang dapat diobati.
Detail: Meskipun tidak semua orang dengan TIO tinggi akan berkembang menjadi glaukoma (disebut ocular hypertension), dan beberapa orang dengan TIO normal tetap bisa kena glaukoma (normal-tension glaucoma), tekanan mata yang tinggi tetap menjadi perhatian utama.
4. Etnis atau Ras Tertentu
Beberapa kelompok etnis memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap jenis glaukoma tertentu.
Orang Afrika-Amerika dan keturunan Afrika: Memiliki risiko 6-8 kali lebih tinggi terkena glaukoma dibandingkan Kaukasia, dan penyakitnya cenderung muncul lebih awal dan lebih agresif.
Orang Asia: Lebih berisiko terhadap glaukoma sudut tertutup (angle-closure glaucoma).
Orang Hispanik: Risiko glaukoma juga meningkat signifikan seiring usia pada kelompok ini.
5. Kondisi Medis Tertentu
Diabetes: Penderita diabetes memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk terkena glaukoma.
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) dan Penyakit Jantung: Kondisi ini dapat mempengaruhi aliran darah ke saraf optik.
Miopia tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko glaukoma sudut terbuka.
Hipermetropia tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko glaukoma sudut tertutup karena struktur anatomi matanya.
Penyakit Autoimun: Seperti lupus, rheumatoid arthritis, dan scleroderma.
6. Riwayat Cedera atau Operasi Mata
Cedera Mata Traumatis: Pukulan keras pada mata dapat merusak sistem drainase mata, menyebabkan tekanan meningkat bertahun-tahun kemudian (disebut traumatic glaucoma).
Operasi Mata Tertentu: Operasi mata yang kompleks terkadang dapat meningkatkan risiko glaukoma di kemudian hari.
7. Penggunaan Obat-Obatan Tertentu dalam Jangka Panjang
Kortikosteroid (Steroid): Penggunaan jangka panjang obat steroid, terutama tetes mata steroid, sangat berisiko meningkatkan tekanan mata. Penggunaan steroid oral, inhaler, atau krim kulit juga dapat mempengaruhi, meski risikonya lebih kecil.
8. Anatomi Mata yang Khusus
Kornea yang Tipis: Ketebalan kornea sentral (bagian depan mata yang jernih) mempengaruhi keakuratan pengukuran tekanan mata. Kornea yang tipis adalah faktor risiko independen untuk perkembangan glaukoma.
Sudut Drainase yang Sempit: Mata dengan sudut drainase yang secara alami sempit lebih rentan terhadap serangan glaukoma sudut tertutup akut, yang merupakan keadaan darurat medis.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Berisiko Tinggi?
Pemeriksaan Mata Rutin dan Komprehensif: Ini adalah langkah paling penting. Jangan mengandalkan pemeriksaan penglihatan biasa untuk kacamata.
Rekomendasi umum: Periksa setiap 1-2 tahun sekali.
Jika berisiko tinggi: Ikuti saran dokter mata Anda. Mereka mungkin menyarankan pemeriksaan lebih sering, misalnya setiap 6 bulan atau 1 tahun.
Pemeriksaan harus termasuk:
Pengukuran tekanan mata (tonometri).
Pemeriksaan saraf optik (oftalmoskopi).
Tes lapang pandang (perimetri) untuk memeriksa adanya kehilangan penglihatan samping.
Pengukuran ketebalan kornea (pachymetry).
Pemeriksaan sudut drainase (gonioskopi).
Kesimpulan
Glaukoma sering disebut “pencuri penglihatan” karena gejalanya tidak terasa sampai kerusakan permanen dan signifikan telah terjadi. Deteksi dini melalui pemeriksaan mata rutin adalah satu-satunya cara untuk menemukan glaukoma sebelum kerusakan serius terjadi. Pengobatan (dengan tetes mata, laser, atau operasi) dapat memperlambat atau menghentikan progres penyakit, tetapi tidak dapat mengembalikan penglihatan yang sudah hilang.